Picture.1. Aku dan ayah |
U |
sai sudah perjalananku menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Bogor. Hanya dengan bermodalkan uang hasil pinjaman sebesar Rp. 2.000.000, kepada salah seorang atasan di tempatku bekerja (walaupun masih kurang), dan semangat menuju perubahan, aku bersama dengan adikku berniat melanjutkan sekolah lagi. Setelah melalui proses yang panjang dan pertimbangan dari berbagai sisi, akhirnya tepat pada tanggal 7 Maret 2008 aku mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswa baru di perguruan tinggi yang meluluskanku menjadi seorang Ahli Madya sekarang ini. Tentunya di bidang IT (Information Technology). Semangat dan dukungan yang besar dari kedua orangtuaku, dan juga semua saudara-saudaraku, khususnya kakak ketiga, Tri Murniati, yang telah begitu banyak membantuku selama 3 tahun menjalani perkuliahan. Dia yang selalu sabar menghadapi kami berdua, saat kelelahan, dan dia pula yang selalu membangkitkan semangat untuk terus berjalan bahkan berlari mengejar mimpi. Rela bangun pagi untuk membuatkan sarapan nasi goreng, rela berjibaku dengan panasnya pabrik textil bersama mesin-mesin jahit, dan rela tidak makan demi kami. Perjuangannya sebagai kakak dan pengganti seorang figur ibu di sini begitu besar. Namun sebelum aku membalas semua kebaikannya, kini dia telah pergi jauh ke tanah Papua bersama suami yang sedang ditugaskan dan bekerja di sana. Semoga saja dia hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Amien.
Dimulai dari perbincangan kecil kami di sebuah kamar kos-kosan berukuran 3x5 meter bersama kakak kami, Tri Murniati sepulang dari dia bekerja.
” Yu, mumpung isih anyar kerjo, aku tak kuliah yo?”, kataku dalam bahasa Jawa yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah, Yu (panggilan untuk kakak perempuan), mumpung masih baru kerjanya, gimana kalau aku kuliah?
” Yowes kuliah wae, rapopo wong loro karo dik Anto!”, jawab kakakku yang berarti setuju dan memberi semangat, karena niat untuk melanjutkan sekolah sebenarnya sudah ada sejak aku lulus SMA di Purworejo, namun karena masalah biaya dan ketidakmampuan dalam hal financial keluarga, akhirnya niat itu kandas. Ayahku hanyalah seorang buruh tani, begitu juga ibuku. Melihat kondisi seperti ini, aku sebagai anak harus pandai-pandai berkaca diri, siapakah aku ini? Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Tanah Pasundan, Bogor mencari pekerjaan hanya dengan bermodalkan ijazah SMA dan uang Rp. 75.000,- dari orang tua. Namun setelah kurang lebih 1 bulan berjuang mencari pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain, akhirnya kami mendapatkan sebuah pekerjaan di salah satu perusahaan makanan di kota itu, nah di sinilah awal mula karir kami dirintis.
Picture.2. Bersama Om Rinduana dan Ayah tercinta |
Perjalanan kehidupan seseorang tidaklah semudah yang dibayangkan serta tak selamanya indah dan lancar, begitu juga denganku. Setelah bekerja selama 3 tahun di perusahaan milik orang Italia itu, aku diberhentikan selama 2 bulan karena masalah prosedur kontrak dan recruitment, sedangkan aku sendiri masih harus membiayai kuliah dan makan agar tetap bisa bernapas, Nah di sinilah kesabaran seorang Tri Murniati, kakak kami diuji, selama hampir 2 bulan, dialah yang selalu mengurusi kami, namun alhamdulillah tidak sampai meminta bantuan dalam hal keuangan, karena aku masih mempunyai tabungan untuk sekedar berangkat dan memenuhi kebutuhan sebagai seorang mahasiswa. Terima kasih kak, aku berikan apresiasi yang tinggi atas kesabaran yang telah kau contohkan kepada kami.
Picture.3. Alice hanifah |
Berbicara tentang dunia perkuliahan yang aku tempuh selama 3 tahun terakhir ini, tidak bisa terlepas dari campur tangan seorang wanita bernama Alice, gadis asli Sunda yang kini menjadi kekasihku. Dia adalah sosok perempuan yang idealis dan dinamis. Selalu berpikir positif dan mawas diri, walaupun kadang-kadang sifat kekanak-kanakannya masih sering terlihat. Dialah yang selama 3 tahun menemaniku menjalani aktivitas perkuliahan, dari mulai pertama kali aku masuk kuliah sampai aku diwisuda tangggal 29 Mei 2011 di Istora Senayan Jakarta.
Picture.4. Aku dan Alice |
Kesetiaan dan cintanya kini yang membuatku tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih sayang. Berkat cintanya itulah, hidupku menjadi lebih berwarna. Teringat kejadian tahun 2010 saat aku mulai kehilangan semangat karena kontrak kerjaku sudah habis, dialah yang selalu membisikkan semangat hidup di telingaku, yang selalu meniupkan cinta di relung-relung hatiku yang mulai goyah.
Aku ucapkan terima kasih kepada:
- Allah SWT
- Kedua orang tuaku, Bp. Supardjo, dan Ibu Ngatiyah
- Kakakku, Suhono, Suharti, dan Tri Murniati, dan adikku Julian Setyanto
- Adekku, Alice Hanifah yang begitu banyak membantuku
- dan segenap umat manusia yang telah kontak denganku
Untuk melihat koleksi foto wisudaku silahkan kunjungi link berikut:
http://www.facebook.com/media/set/?set=a.225844487426838.68560.100000038661516